Jumat, 18 Januari 2013

Hati-hati Tim Sukses Bayangan Dalam Pilkada

Pilkada adalah medan pertempuran politik. Yang dicapai hanyalah kemenangan. Untuk menang, perlu taktik, strategi, dan modal kuat.
Sebentar lagi Provinsi Sumatera Utara melaksanakan kampanye Pilkada/Pilgub-SU. Seluruh kandidat sudah pasang kuda-kuda menghadapi the real battle (pertempuran sesungguhnya) itu. Pastinya seluruh kekuatan tenaga, pikiran, waktu, serta finansial akan ditumpahkan habis-habisan. Lengah atau kendor sedikit saja kekuatan yang dimiliki bisa berakibat fatal. Momen kampanye inilah yang paling menentukan untuk menang atau kalah.
Usai pulang kampus (17/1/2013), saya sempat mampir dulu di warung Bakso Mas Bambang. Di situ saya sempat ngobrol dengan kawan-kawan kampus. Saya pun mengeluarkan handphone (HP) dan Saya lihat ada panggilan tak terjawab. Kemudian saya cek ternyata dari kawan satu organisasi. Selanjutnya Saya hubungi, dan ternyata dia hanya menginformasikan ada anggota tim sukses salah satu kandidat mau berjumpa sekitar pukul 09.00 di sebuah mess. Saya langsung mengiyakan permintaan itu.
Sambil menikmati Semangkuk Bakso dan sebotol fanta, saya dengan sabar menunggu pukul 09.00. Tiba waktunya saya pun berangkat ke mess dimaksud. Rupanya, anggota tim sukses  yang mau bertemu saya itu belum datang. Terpaksa harus menunggu. Sekitar pukul 10.00, kandidat itu datang juga lengkap dengan sejumlah kawan-kawannya. Saya pun diterima dengan baik. Ternyata, dia hanya minta dukungan untuk kerja sama dukungan dari kalangan mahasiswa. Saya arahkan untuk bekerja sama dengan ketua BEM Kampus.
Persoalan kerja sama beres, tak ada persoalan. Saya pun mencoba mengorek sampai di mana kandidat calon Gubernur dan wakil Gubernur yang akan dikampanyekannya. Secara subjektif orang yang baru saya kenal itu memaparkan kekuatan kandidatnya.  Awal-awal Pilkada, popularitas kandidatnya memang berada di tengah. Namun, menjelang kampanye justru popularitas kandidatnya berada di atas. Itu berdasarkan survey yang dilakukan pihak independen.
“Bagaimana caranya bisa naik peringkat seperti itu?” tanya saya. Orang itupun memaparkan secara gamblang taktik dan strategi yang telah dilakukan. “Terus terang kita menyewa seorang konsultan politik dari Jakarta. Jujur saya akui, konsultan tersebut begitu piawai mengangkat pamor calon Gubernur yang kita usung. Dia bekerja profesional dan terus mengevaluasi setiap cara atau program yang dilakukan,” jawab orang itu.
“Terus, seperti apa gerakan yang dilakukan di lapangan?” tanya saya lagi. Sambil merokok dan menikmati segelas kopi, orang itu tanpa curiga membeberkan taktik dan strategi yang telah dilakukan.
“Kalau kandidat lain hanya terpaku pada calon Gubernur dan wakil Gubernur untuk menarik simpati masyarakat. Di situ ada calon Gubernur, saat itulah ada masyarakat berkumpul. Begitu tak ada calon Gubernur, masyarakat tak ambil pusing. Fenomena ini membuat popularitas kandidat itu terus merosot,” ungkapnya.
“Sementara untuk kandidat kami, tidak terpaku pada calon Gubernur dan wakil Gubernur. Kami menggalang kekuatan untuk menarik simpati masyarakat, bergerak serempak dan menyebar. Ada pembagian tugas yang jelas, serta beban kerja berat, serta didukung kekuatan finansial yang lumayan banyak,” paparnya.
Dijelaskan orang itu, calon Gubernur memang bergerak masuk kampung keluar kampung. Begitu juga dengan wakilnya juga bergerak. Lebih-lebih lagi dengan seluruh anggota tim sukses juga bergerak intensif. Namun, semua itu bisa dibilang formalitas. Yang perlu ditakutkan adalah tim sukses bayangan yang bergerak jauh lebih dalam lagi.
“Maksud dari tim sukses bayangan itu bagaimana, Bang?” tanya saya penuh telisik. Dia dengan senang hati menjelaskan apa itu tim sukses bayangan. “Itu adalah tim yang tidak terdaftar di KPU. Terdiri dari berbagai kalangan. Rata-rata pengusaha, tokoh masyarakat, dan mencerminkan berbagai etnis. Tim ini bergerak secara diam-diam ke jantung masyarakat tanpa harus ditemani atau menemani kandidat. Mereka mengeluarkan dana sendiri. Tim ini juga menyebar ke seluruh kecamatan,” jawabnya.
Taktik ini membuat seluruh cepat menyebar ke seluruh kecamatan, bahkan masuk ke kampung-kampung paling udik/dalam. Mereka bekerja bukan mengandalkan kekuatan finansial kandidat, melainkan dengan kantongnya sendiri. “Lantas di mana imbalan buat mereka?” tanya saya. “Soal imbalan tentunya apabila kandidat yang diusung nanti itu menang. Tidak ada cerita lain imbalan utama adalah proyek. Proyek miliaran rupiah adalah incaran utama,” jawabnya santai.
Dijelaskannya lagi, selama kampanye seorang pengusaha yang ikut membantu perjuangan calon bupati akan mengeluarkan dana dari kantongnya sendiri. Paling banyak sekitar Rp 100 sampai 200 juta per orang. Uang itu bukan disetorkan ke bendahara tim sukses, melainkan digunakan sendiri. Maksudnya, si pengusaha itu bergerak dengan cara sendiri. Dia tidak di bawah kendali tim sukses resmi, melainkan hanya saling berkoordinasi saja.
“Jadi, ada puluhan tim sukses bayangan yang menyebar ke kampung-kampung. Mereka akan menyumbang masjid, gereja, perbaikan infrastruktur, dan sebagainya. Mereka juga layaknya seorang kandidat yang mau maju Pilkada. Cuma misinya beda. Di saat memberikan bantuan itu mereka menyelipkan pesan untuk memilih calon Gubernurnya,” paparnya.
Satu hal lagi, mereka juga menghimpun kekuatan seluruh etnis yang ada. Caranya, dengan mengumpulkan perkumpulan adat seperti arisan atau paguyuban. Istilahnya, arisan diperluas, di mana acara arisan dikemas berbeda dari biasanya dengan mengundang calon bupati. Kemudian, tokoh paling dihormati dari etnis itu didatangkan. Dalam acara itu, seluruh peserta arisan diarahkan untuk mencoblos calon Gubernur yang mensponsori arisan diperluas itu.
Dengan taktik seperti, kekuatan menjadi merata. Calon Gubernur dan Wakil Gubernur merasa yakin menang. Mereka tak perlu susah soal finansial. Banyak pengusaha yang siap membantu. Dengan taktik seperti itu membuat popularitas kandidatnya cepat merangkak naik. Taktik seperti itu akan semakin diintensifkan pada saat kampanye terbuka nanti.
“Apakah itu tidak melanggar aturan kampanye?” tanya saya terus. “Yang dijelaskan dalam undang-undang itu hanyalah calon Gubernur, wakil Gubernur, dan seluruh anggota tim sukses resmi yang terdaftar di KPU. Sementara orang di luar itu, tak termasuk dan tidak bisa dijerat dengan undang-undang. Panwaslu pasti akan kesulitan untuk menjerat tim sukses bayangan yang terus bergerak ke kampung-kampung itu,” jelasnya.
Tim sukses bayangan inilah yang banyak melakukan black campaign. Mereka bisa melakukan apa saja demi mendapatkan simpati rakyat. Money politic merupakan jurus utama yang mereka mainkan. Di lapangan, ternyata bukan hanya satu kandidat melakukan praktik seperti itu, melainkan rata-rata kandidat. Panwaslu yang menjadi wasit dalam even politik pasti tidak akan berdaya. Pada saat kampanye, bakalan tidak ada satu kasus pelanggaran bisa diproses Panwaslu ke pengadilan atau ke MK. .
Semua pasti akan lemah di saksi dan barang bukti pelanggaran, serta menangkap aktor. Prediksi saya, dalam Pilkada itu sangat sulit dijamin bisa berjalan fair play. Penuh pelanggaran yang sulit untuk diseret ke pengadilan. Penuh money politic yang sulit menyeret pelakunya. Penuh black campaign yang tak tahu siapa yang akan ditangkap. Bersiap-siaplah menghadapi Pilkada yang sulit dijamin kejujuran dan keadilannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar